SMP Negeri 1 Nanggulan

Jatingarang Lor, Jatisarono, Nanggulan, Kulon Progo, Yogyakarta

Where Tomorrow's Leaders Come Together

Membangun Komunikasi, Bukan Mengintimidasi

Senin, 01 Maret 2021 ~ Oleh Administrator ~ Dilihat 652 Kali

Membangun Komunikasi Bukan Mengintimidasi

Mujiyanti, S.Pd.

SMP Negeri 1 Nanggulan

 

Kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) telah berlangsung selama kurang lebih enam bulan atau satu semester pada tahun pelajaran 2020/2021 dan kemungkinan masih akan berlanjut pada semester genap karena masa pandemi yang belum juga berakhir. Hal yang sering dikeluhkan guru dalam pelaksanaan PJJ adalah banyaknya siswa yang “mangkir” dari tugas-tugas yang diberikan selama masa PJJ.

Pemberian tugas menjadi hal urgen dalam PJJ sebab melalui kegiatan inilah para siswa belajar. Mereka dapat mengaplikasikan teori-teori yang telah mereka pelajari sebelumnya, berliterasi seluas-luasnya, bereksperimen, hingga akhirnya dapat menyelesaikan soal atau permasalahan yang disajikan kepadanya.

Namun, terkadang para guru dihadapkan pada kenyataan bahwa siswa-siswanya belum dapat memahami tugas-tugas yang diberikan. Tak jarang, saat dini hari pun masih ada chat dari siswa yang menanyakan berbagai hal, seperti “Materi kemarin maksudnya bagaimana, ya?”, “Tugasnya itu maksudnya apa?”, “Kok, tautannya tidak bisa dibuka?”, “Bagaimana cara mengerjakannya?”, “Tugas saya kurang apa?”, dan sebagainya.

Tak dapat dipungkiri, akan ada kejenuhan dan kesulitan yang menyertai berlangsungnya PJJ karena banyaknya tugas dan tanggung jawab yang harus diselesaikan secara mandiri oleh para siswa. Tugas-tugas yang biasanya dapat dikerjakan dengan pendampingan guru atau berkolaborasi dengan teman, kini harus mereka selesaikan sendiri. Mereka seolah-olah dilepas di tengah “belantara pendidikan” dengan bekal seadanya sesuai fasilitas yang tersedia di rumah masing-masing. Situasi ini melahirkan berbagai respon dari para siswa, dari yang aktif mengerjakan tugas hingga yang kurang perhatian terhadap tugas-tugas yang diberikan guru, kurang sopan membalas chat tagihan tugas dari guru, menyepelekan tagihan tugas, bahkan sama sekali tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan. Ada apa di balik semua ini?

Kegiatan PJJ hanya berkesan sebagai pemberian tugas demi tugas, jika dalam penyampaiannya guru kurang mempedulikan bagaimana perasaan para siswa. Permintaan pengiriman tugas dengan kata-kata yang bernada instruksi, to the point tanpa tegur sapa dan basa-basi, bahkan dengan sedikit ancaman akan terasa mengintimidasi dan tidak dapat mengundang rasa simpati. Alih-alih tugas terpenuhi, guru dan siswa akan sama-sama merasakan sakit hati.

Dalam kondisi seperti ini diperlukan empati, strategi, dan sikap legawa dari para guru agar dapat melayani siswa dengan sepenuh hati. Guru harus melepaskan semua image yang justru mengganggu kedekatan guru dan siswa. Guru harus mulai membangun komunikasi yang lebih baik dengan para siswa.

Beberapa kiat dapat ditempuh guru untuk membangun komunikasi yang baik dengan para siswanya. Pada kegiatan awal pembelajaran, guru dapat memberikan sapaan hangat kepada para siswa dalam balutan suasana yang ringan, riang, dan nyaman. Guru dapat  menanyakan bagaimana kabar mereka, memberikan saran untuk melakukan aktivitas fisik ringan seperti membantu orang tua atau berolahraga di lingkungan tempat tinggal, disertai pernyataan atau kalimat-kalimat yang memotivasi siswa. Dari sapaan awal ini, guru akan mendapati jawaban-jawaban yang menyenangkan, bahkan biasanya siswa akan ganti mendoakan guru sebagai feedback dari motivasi yang diberikan. Jika siswa masih pasif, setidaknya dapat diyakini bahwa para siswa mengamini dalam hati atas harapan atau doa yang diungkapkan guru.

Guru juga dapat membangun komunikasi pada saat menyampaikan apersepsi. Obrolan tentang keseharian dan gambaran masa depan akan dapat menyadarkan siswa akan kebermanfaatan materi dalam kehidupan sehari-hari dan menggugah semangat belajar para siswa untuk mempersiapkan diri menyongsong masa depan.

Pemberian tugas dalam bentuk lembar kerja yang jelas prosedur atau cara pengerjaannya juga dapat menjadi sarana membangun komunikasi yang baik. Dengan tersedianya lembar kerja, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa dapat lebih fokus kepada isi lembar kerja dan bukan malah berkembang menjadi perdebatan tentang selesai atau tidaknya tugas yang tidak berujung pangkal.

Sarana membangun komunikasi yang lain adalah dengan menyiapkan lembar kerja dalam bentuk form online. Pada era kemajuan teknologi komunikasi seperti sekarang, siswa lebih senang mengerjakan lembar kerja yang dapat diakses secara praktis dengan menggunakan perangkat android atau gawai yang mereka miliki. Tugas-tugas yang diberikan secara online lebih sesuai dengan dunia mereka yang memang sudah familiar dengan perangkat digital. Jika mengalami kesulitan, mereka akan lebih mudah mengkomunikasikannya dengan guru karena mereka dapat mengirim hasil tangkap layar dari lembar kerja mereka.

Pemberian apresiasi terhadap segala bentuk respon siswa juga mampu menciptakan komunikasi yang baik. Apresiasi yang diberikan guru akan menjadi penyemangat para siswa dalam bekerja, apalagi saat ruang dan waktu menjadi penghalang seperti pada masa pandemi ini. Apresiasi dapat menguatkan usaha dan kerja keras para siswa. Apresiasi akan dirasakan sebagai “sentuhan hangat” dari guru. Sebuah makna yang tak mungkin tergantikan teknologi.

Untuk memperkuat jalinan komunikasi, penting bagi guru untuk menempatkan siswa sebagai pribadi yang dihargai. Penghargaan terhadap seorang pribadi misalnya dapat dilakukan dengan menggunakan kata sapaan mbak atau mas di depan nama mereka ketika guru memberikan apresiasi atau menjawab pertanyaan siswa. Sebenarnya tidak menjadi persoalan seandainya guru langsung menyebut siswa dengan namanya, tetapi pemakaian kata sapaan ini terbukti efektif juga dalam menarik simpati siswa. Selain dapat menyemangati, dampak positif dari penggunaan kata sapaan ini adalah menjadikan siswa juga terpanggil untuk menjawab tagihan tugas atau pun sapaan guru dengan kata-kata yang baik. Jadi secara tidak langsung juga mendukung terbentuknya karakter yang baik dalam diri siswa.

Pola komunikasi yang menyenangkan sangat mendukung terciptanya suasana PJJ yang menyenangkan pula. Implikasi lebih lanjutnya para siswa akan menjadi pribadi yang lebih terbuka karena mereka telah memahami arti penting komunikasi yang baik dan bukan menangkapnya sebagai sebuah intimidasi. Kesulitan-kesulitan dapat didiskusikan dan bukan sekadar memperdebatkan mau atau tidaknya mengirimkan tugas. Dari pengalaman inilah diharapkan para siswa akan menjadi lebih aktif lagi dalam kegiatan PJJ. *

(Esai ini telah diterbitkan di harian Solopos Minggu, pada kolom Mimbar Guru, 21 Februari 2021)

KOMENTARI TULISAN INI

  1. TULISAN TERKAIT
...

Sumarno, S.Pd.

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokaatuh, Pengunjung webside yang budiman, Sebagai insan beriman, tak henti dan tak lelah kita berucap syukur ke hadirat…

Selengkapnya

JAJAK PENDAPAT

Bagaimana pendapat anda mengenai web sekolah kami ?

LIHAT HASIL